Kyai Ridwan Abdullah lahir di Kampung Carikan Bubutan Surabaya. Putra Kyai Abdullah yang sehari-hari bekerja sebagai tukang kayu. Selama belajar di HIS, bakat melukisnya mulai nampak. Sempat, guru kelas Kyai Ridwan Abdullah meminta izin kepada Kyai Abdullah untuk membawanya ke Belanda agar bisa melanjutkan belajar melukis lebih lanjut. Namun ditolak.
Belum tamat HIS, Kyai Ridwan muda dikirim orangtuanya ke Pesantren Buntet Cirebon. Kemudian melanjutkan ke Pesantren Demangan Bangkalan dibawah bimbingan Syaikhona Chalil. Di sanalah beliau bersahabat dengan KH Wahab Hasbullah dan KH Mas Alwi.
Tahun 1901 Kyai Ridwan berangkat ke tanah suci Makkah dan bermukim disana selama 3 tahun. Di tahun 1911 beliau kembali ke Makkah untuk memperdalam kaligrafi seni tulis khot arab.
Untuk mengenang peristiwa sejarah 10 November 1945, beliau mencetuskan ide membangun sebuah monumen hidup. Bukan bangunan, ataupun tugu. Oleh KH Yahya Hasyim menantunya, ide tersebut direalisasikan dengan mendirikan kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada tahun 1957, bersama dengan para pendiri yang lain.